Keiginan itu terjadi di tengah bentrok dengan Korea Utara, dan keinginan melakukan decertify kesepakatan internasional seputar program nuklir Iran.
Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS) memuji prestasi Iran dalam program rudal balistiknya meskipun ada beberapa dekade sanksi yang diberlakukan Washington.
Sanksi itu disebut masih kelanjutan dari upaya Paman Sam untuk menekan Teheran setelah Presiden AS, Donald Trump menarik diri dari perjanjian nuklir multilateral Iran 2015 pada Mei 2018.
Beijing siap bekerja sama dengan pihak-pihak dalam rangka menemukan cara politik dan diplomatik untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan program nuklir Iran.
AS telah memberlakukan sanksi sepihak dan ilegal terhadap Iran sejak menarik diri dari kesepakatan internasional penting tentang program nuklir Iran pada 2018.
Seorang pejabat senior militer Israel menyatakan bahwa negaranya memiliki kemampuan untuk menghancurkan sepenuhnya program nuklir Iran.
Pengawas nuklir PBB mengklaim bahwa mereka tidak dapat mengakses data penting yang berkaitan dengan program nuklir Iran sejak akhir Februari lalu.
Kesepakatan antara Iran dan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) meredakan titik sakit dalam pembicaraan menemui jalan buntu untuk menghidupkan kembali kesepakatan 2015 untuk mengekang program nuklir Iran, yang juga dikenal sebagai JCPOA.
Biden juga mengatakan akan kembali pada kesepakatan 2015 untuk mengekang program nuklir Iran, asalkan Teheran melakukan hal yang sama.